lambang bagde Mangkubumi Kwarda DIY
Helo sahabat semua....
Setelah sekian lama bertapa akhirnya saya memulai lagi menulis di Blog ini. Untuk saat ini saya akan mencoba menuliskan tentang lambang Mangkubumi Kwarda DIY. Pasti pada penasaran kenapa badge kwarda DIY tidak memiliki cikal sama sekali, padahal 33 kwarda lain ada unsur Cikal di Badge Kwardanya, dan sebenarnya badge kwarda DIY memiliki makna apa seh....
mari kita lihat penjelasan berikut ini.
Kwartir Daerah
XII Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta berkedudukan di bumi Mataram.
Bumi Mataram bagi rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wasiat
peninggalan Pangeran Mangkubumi pendiri Yogyakarta. Sejarah berdirinya
Yogyakarta adalah hasil perjuangan rakyat bersama pemimpinnya / kawula bersama
Gustinya di atas segala pengorbanan selama melawan musuh yang berangkara murka. Anggota Gerakan Pramuka se Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pewaris nenek
moyangnya bertekad akan mempertahankan, memelihara, memupuk, dan menauladani
jiwa Pangeran Mangkubumi sebagai seorang pemimpin dan pembangun Daerah Istimewa
Yogyakarta yang termasuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk bekal
didalam ikut serta menjalankan kewajiban membangun negara menuju kemuliaan dan kebahagiaan bagi seluruh bangsa dan tanah air Indonesia. Dan ketetapan hati
segenap Pramuka dari Kwartir Daerah XII Gerakan Pramuka Daerah Istimewa
Yogyakarta terlukis pada lambangnya.
1.
BENTUK DAN ISI
LAMBANG
a.
Perisai
b.
Tugu
c.
Sayap Garuda Mengembang
d.
Pita
e.
Tulisan
|
: Dahulu berbentuk
dua bunga “padma”
: Berwujud
tugu Kota Yogyakarta (Badan, atap, dan puncak tugu berdiri di atas alas
bersusun lima, sama seperti dasar Negara kita)
: Terletak di
kanan dan di kiri tugu. Sikapnya mendukung tugu. Sayap terdiri dari 3 (tiga)
susunan berjumlah 15 buah (2 – 3 – 10).
: Terletak di
bawah tugu mendukung sayap
: Berbunyi
MANGKUBUMI dan YOGYAKARTA
|
2.
WARNA
a.
Warna Dasar
b.
Tugu
c.
Garis Tugu
d.
Sayap Garuda
e.
Garis Sayap
f.
Pita
|
: Biru Laut
: Hitam
: Putih
: Kuning
: Hitam
: Putih
|
g.
Garis Pita
h.
Tulisan Mangkubumi
i.
Tulisan Yogyakarta
j.
Dasar Tulisan Yogyakarta
k.
Tepi & Batas Lambang
|
: Hitam
: Merah
: Hitam
: Coklat
: Hitam
|
3.
MAKNA LAMBANG
a.
Perisai
b.
Warna Dasar Biru
c.
Tugu dengan alas bertingkat 5 (lima) berwarna hitam
d.
Sayap Garuda Mengembang
e.
Pita Putih
f.
Tulisan MANGKUBUMI
g.
Warna Merah
h.
Tulisan YOGYAKARTA
i.
Warna Dasar Coklat
|
: Merupakan alat bertahan. Dahulu berbentuk dua bunga “Padma”
(Bunga Teratai) adalah lambing kepribadian bangsa timur pada umumnya.
: Biru berarti setia. Yakni tetap setia kepada Pancasila,
UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Kepribadian Nasional.
: Mengandung maksud bercita – cita tinggi menjulang keawan
berdasarkan Pancasila, menuju ke keluhuran yang bersifat kekal dan abadi.
: Kedua sayap di sebelah kanan dan kiri tugu melukiskan
adanya putra dan putri di dalam Gerakan Pramuka dengan kedudukan sederajat.
Sayap yang mengembang adalah tanda siap dari tiap – tiap Pramuka dalam
menghadapi kewajibannya diharapkan dengan gerak langkah yang dinamis, tanpa
meninggalkan susila dan wirama.
: Sebagai lambang pengikat seluruh Pramuka / Gugusdepan se
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan kesucian dan keluhuran jiwa.
: Bertujuan untuk mengabadikan nama pendiri Ngayogyakarta
Hadiningrat, yakni Pangeran Mangkubumi / Sri Sultan Hamengku Buwono I.
: Ditulis dengan warna merah untuk disesuaikan dengan sifat
– sifat Pangeran Mangkubumi yang luar biasa; sebagai prajurit, sebagai
panglima perang, sebagai pelindung rakyat, sebagai kepala pemerintahan,
sebagai manusia yang ber Tuhan, sebagai ahli pikir, budayawan, seniman, dan
patriot.
: Bertujuan untuk menunjukkan wilayah / asal daerah kita
dari Daerah Istimewa Yogyakarta
: Disesuaikan dengan warna kulit bangsa Indonesia atau
tanah air kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
|
4.
KATA SAKTI
Kalau arti
lambing ini diringkas, maka dapat diucapkan atau dibaca seperti bunyi kata –
kata sakti di bawah ini.
“ WIRA PRASETYA PRAJA BHAKTI ”
( Wirawan yang setia, berbakti kepada Praja
(Negara) )
5.
ARTI LAMBANG
SECARA KESELURUHAN
Makna lambang
ini mengandung harapan, hendaknya semangat Pangeran Mangkubumi seperti
terlukiskan pada gambar ini dapat menjiwai setiap Pramuka Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam mengabdikan diri pada Negara, khususnya di masa pembangunan
menuju kemuliaan, kebahagiaan, serta kesejahteraan nusa, bangsa dan dunia pada
umumnya.
Lambang Kwartir
Daerah XII Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta adalah hasil karya dari
Andalan Kwartir Daerah XII Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (masa
bakti 1970 – 1974) yaitu Kak Himodigdoyo (Pemimpin perpustakaan anak – anak
Kedaulatan Rakyat yang masuk dalam komisi pembinaan) dan Kak Tino Sidin (Dosen
ASRI yang masuk dalam komisi pembinaan). Gambar lambing diciptakan oleh Kak
Tino Sidin, sedangkan arti dan makna lambing disusun oleh Kak Himodigdoyo.
6.
TAMBAHAN
KETERANGAN
Tulisan berikut ini adalah kutipan dari Babad Giyanti, Sekar
Dandanggula, dan Kitab Wicara Keras.
a.
Sifat – sifat
Pangeran Mangkubumi
1)
Kang sampun
kalokeng jana, Jaya – jayaning ajurit, Amigua ing aguna, Pan inggih namung
satunggil, Pangeran Mangkubumi, Tanggon lamun magut pupuh, Tansah ngayomi
wadya, Mundur lon lamun kalindhih, mBoten purun cidreng prang atarung dhadha.
|
Pangeran
Mangkubumi adalah seorang prajurit yang tangguh berolah perang, di medan laga
bersikap jujur, tidak mau bertindak sebagai pengecut, selalu melindungi anak
buahnya, siasatnya selalu tepat mengenai sasarannya.
|
2)
Sektine tan
pae lawan, Sajembaring jalanidhi, Bakuning tyas pindha retna, Tetela ayuning
bumi, Kadi Hyang Wishnumurti, Mangka pepaku pikukuh, Ing rat paramudhita,
Kukuh ngadhemi utami, Datan keguh kadya prabata maendra.
|
Kesaktiannya
tanpa lawan, bathinnya teguh, hatinya keras bagaikan intan, karenanya rakyat
terasa terlindungi, sungguh Pangeran Mangkubumi adalah laksana mustika di
bumi.
|
3)
Kontab
kotameng sariya, Kretarta mbeg silastuti, Titikane pra punggawa, Naracak
samya berbudi, Saben sawiyah mantra, Wikan ing weweka putus, Teteg lamun
ayuda, Setya tuhu maring Gusti, Yeku mangka pratandha musti keng janma.
|
Para prajurit
dan punggawa lainnya sangat berbesar hati mempunyai pemimpin yang kuat
pendiriannya, lagi berbudi dan berwibawa, mereka tak gentar menghadapi musuh,
berkat kesetiaannya kepada sang pemimpin.
|
4)
Wadyanira kang
tinilar, tan wonten teluk satunggil, Anempuh byat aprang cidra, Tan ajrih
iang lara pati, Den kedep ing wong cilik, Pan dene suwadosipun, Yen ing
menggah kawula, Inggih ing ngelmu maknawi, Wus tetela sesengkeraning Hyang
Suksma.
|
Walaupun tanpa
beliau di medan perang, prajuritnya tetap gigih menghadapi musuh, mereka
tidak takut mati dan pantang mundur, demikianlah semangat yang menjiwai
rakyatnya karena contoh yang diberikannya.
|
5)
Wanine yen
padha jawa, Den lakoni taker pati, Jamak wong ngaku prawira, Kaya Sultan
Mangkubumi, Atapa tur undhagi, Iang weweka gothak – gathuk, Micara tan
sikara, Prasaja nalare minter, Namun aprang padha jawa datan karsa.
|
Kecuali terus
menerus melatih diri dengan bertapa, Sultan Mangkubumi adalah penyambung
lidah yang ulung (wicara), rasa perikemanusiaannya tebal, tidak mau sewenang
– wenang, hidupnya sederhana, patriotik, segan berperang melawan bangsanya sendiri.
|
·
Babad Giyanti
b.
Sikap Hidup
Pangeran Mangkubumi
1)
Utamane wong
tinitah urip, Den abisa angenaki manah, Marang sapadha – padhane, Pepadhane
tumuwuh, Angekahna panggawe becik, Luwes manising basa, Basukining tembung,
Bungaha kang padha myarsa, Gegulangen ing siang pantara ratri, Ciptanen ing
wardaya.
|
Hidup di dunia
ini hendaknya dapat membahagiakan orang lain, walaupun hanya dengan tutur
kata, berbuatlah yang baik, jangan sampai melukai perasaan orang, perkaya
hidup kita dengan ilmu dan amalan sebanyak mungkin.
|
2)
Lan den esthi
away kongsi lali, Madhep menbahira ing Suksma, Wruha marang wekasane,
Wekasane tumuwuh, Tetumanen dimen lestari, Lestarine sampurna, Sampurnaning
kawruh, Kawruh marang kahuwusan, Karaketa marang tingal kang sejati, Jati
jatining tunggal.
|
Perteguh
imanmu terhadap Tuhan, ingat selalu pada hidup di akhirat kelak, supaya kita
merasa tenteram dan bahagia, persoalan hidup batiniah dan lahiriah adalah
satu, tidak boleh salah satu ditinggalkan.
|
3)
Yen wus
tunggal den maksih kekalih, Kekalihe Gusti lan kawula, Lahir kalawan bathine,
Yeku upamanipun, Yen wus tepung lahir lan bathin, Kadi wreksa candhana,
Ambune aterus, Wangi ing jaba jro ngambar, Ngambar – ambar wignya babar ujar
becik, Rericikaning raga.
|
Taat dan
tawakal kepada Tuhan, seperti kayu cendana yang senantiasa harum baik diluar
atau didalamnya, jika sudah demikian keadaannya, jangan sampai takabur, Tuhan
selalu ada.
|
4)
Lamun sira wus
wignya ngrericik, Jri tyasira salwiring prapara, Nora samar kahanane, Anane
barang laku, Laku ingkang sira lakoni, Yeku janma utama, Dene wus amengku,
Wewengkoning jagad raya, Barang laku mung jumrunuh anututi, Dadi sasedyanira.
|
Barang siapa
dapat mengendalikan hawa nafsu, suka berbuat kebajikan lahir dan batin,
niscaya ia akan menjadi manusia utama, demikian sikap hidup Pangeran
Mangkubumi yang diwariskan kepada bangsanya.
|
·
Sekar : Dandanggula
c.
Sifat – sifat
Keturunan Mataram
1)
Tinupiksa
sratinipun, Radi deduka paworing tembung, Ngolok – olok Heh yayi Purubayekti,
Engeta sutaning ratu, Trahing prajurit kinaot.
|
Pangeran
Mangkubumi marah kepada Pangeran Purbaya setelah membaca suratnya, adiknya
diperingatkan, bahwa ia putera raja, keturunan bangsawan, prajurit yang
tangguh.
|
2)
Dudu anaking
jagul, Den elinga sira yen kadang ingsun, Mangkubumi iki nora wedi mati, Jer elinga
sutaning ratu, Undhagi sureng palugon.
|
Bukan seperti
anak seorang yang hina nestapa, ia adalah saudara kandung Mangkubumi, yang
tidak takut mati, Putera seorang ratu yang pandai berperang.
|
3)
Lamun trahing
Mataram, Upajiwane kang dadi luhur, Datan ana liyane amangun jurit, Wong tani
nggaru meluku, Sudagar dagang lungandon.
|
Bagi darah
Mataram tidak ada yang lebih utama kecuali angkat senjata melawan musuh,
orang tani mengolah sawah, menggaru dan membajak, saudagar berdagang dan
berlayar.
|
4)
Yen trah Mataram
iku, Nora waniya mati prang pupuh, Sayektine kapiran uripireki, Pasthine
saturunipun, Turun pisan tabokan wong.
|
Kalau anak
Mataram tidak berani mati di medan perang, sungguh hidupnya tidak berarti,
anaknya akan menjadi bahan tertawaan dan ejekan orang.
|
5)
Turun ping
telu mikul, wong ora idhep gawene iku, Tan angrasa uripe prasasat mati,
Kapindo durakeng ngelmu, Kasiku dening Hyang Manon.
|
Cucunya jadi
orang papa sudra, hidupnya tidak berguna, bagaikan orang mati, Ia pun berarti
mendurhakai ilmu, itu terkutuk oleh Tuhan.
|
·
Pesan Pangeran Mangkubumi kepada adiknya Pangeran Purbaya. Sekar Gambuh : Wicara
Keras
Komentar
Posting Komentar