Tiga petualang penjelajah negeri samurai part 1
Sore Hari di Cafe Ganjuran
Suatu hari di
sore nan cerah di kafe Ganjuran Bantul, pertemuan pengurus koperasi Target SMA N Imogiri yang lama tak
dilaksanakan akhirnya bisa dilaksanakan. Cafe nan cantik dipinggir jalan
Ganjuran menemani obrolan manis kami
yang lama tak bertukar cerita, ada 2 guru yang selalu ada disetiap perjalanan
kami anak didiknya, ada teman seangkatan dan ada adik kelas kami yang sudah
membawa buntutnya. Mengenang masa lalu serta menceritakan masa kini dan masa
depan membuat kita tanpa henti berbagi kisah kami. Sebagai seorang pemimpi saya
berucap mimpi untuk pergi ke negara jepang, entah kenapa namun seperti mimpi
itu akan segera terwujud, karena ada teman kami yang bekerja di Jepang dan
dalam waktu dekat dia akan datang untuk bergabung dengan kami, ya dia sedang
cuti untuk menikah dan akan kembali ke Jepang dalam beberapa hari ke depan
setelah pertemuan kami sore ini.
Tanpa diduga
ternyata Bunda Diah juga memiliki mimpi yang sama untuk sang buah hati yang gagal
pergi keluar negeri karena pandemi. Obrolan singkat yang menggebu membuat kami
antusias untuk membicarakan rencana kami untuk merealisasikan mimpi kami. Kun
teman kami datang sendiri, kado kecil dari kami sebagai bekal untuk pernikahannya
karena kami berhalangan hadir di hari pernikahan Kun. Kun sangat antusias menceritakan
bagaimana dia berpetualang dan menemukan belahan jiwanya di Jepang. Hal tersebut
membuat kami berdua semakin yakin untuk merealisasikan mimpi kami untuk
berpetualang di negeri samurai. Saat itu baru kami berdua yang memiliki mimpi
itu. Kun menceritakan dia sedikit kagok ketika kembali ke Jogja. Banyak
perubahan dan kebiasaan yang telah berubah. Bahkan dia sudah kagok untuk
mengendarai sepeda motor, karena di Jepang moda transportasi umum telah maju dan
kebiasaan yang sangat berbeda dari Indonesia.
Obrolan kami di
cafe Ganjuran terasa sangat singkat, dan waktunya kami pulang, dan waktu itu
diberikan kesempatan untuk mengantarkan Kun pulang ke rumah. Saya banyak
bertanya banyak hal tentang jepang dan meminta saran ketika akan ke jepang,
tentu menanyakan kapan dia ada waktu untuk bisa menemani kami ketika di jepang
dan ketemulah bulan April 2023. Waktu libur lebaran Idul fitri. Kun dan Istri dapat
menemani kami beberapa hari untuk menjelajah Jepang, tepatnya di tempat kerja Kun
Nagoya dan pusat kota Tokyo. Waktu perjalanan yang singkat akhirnya kami telah
sampai dirumah Kun, dan saya langsung pamit pulang.
Sampai rumah Imogiri, Bunda Diah memastikan lagi untuk dapat merealisasikan obrolan kami di Cafe Ganjuran... wow ternyata Bunda sangat ingin merealisasikan obrolan kami. Bahkan
Bunda telah mengajak Bunda Hemi untuk anaknya Sultan untuk bisa ikut juga ke
rencana petualangan kami. Walupun belum menyatakan akan bergabung tapi Bunda
bilang kalaupun berdua harapannya mimpi itu dapat direalisasikan.
Dalam kisah lain, Bunda Diah bercerita....
PROLOG
Garda meyodorkan form pernyataan karyawisata ke Bali, tetiba
teringat beberapa waktu lalu dia mengajukan proposal melakukan ekspedisi
pendakian ke semeru. Untuk naik ke Gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut dengan beberapa orang tentu membutuhkan
dana yang cukup lumayan. Spontan ku lontarkan “ Kakak pilih ke Bali atau
mendaki semeru”. Mantap ia menjawab “Ke Semeru ummi”. Maka kuisi form
pernyataan tidak mengikuti
karyawisata di bali.
Usai
keputusan kami alhasil banyak
saudara, teman yang tahu sedikit menyalahkanku. Dan memang dari seluruh siswa
angkatan kak Garda yang tidak ikut hanya dua orang yaitu dia dan Deva
(meminimalisir rasa bersalahku karena garda bukan satu-satunya). Tapi waktu
berikutnya mata hati ibu tak bisa berbohong, walau tanpa kata tetap menangkap
rasa yang bersemayam di hati jagoannya. Plus melihat story di medsos
teman-teman Gardayang penuh dengan postingan kegiatan karya wisata, lengkap
dengan senyum kegembiraan dan kehebohannya.
Malam itu menggelar sajadah, berharap
Allah menenangkan hatiku dan kak Garda, Teramat yakin Allah pasti akan
memberikan yang terbaik. Tetiba….hpku bergetar. “Halo dy….tolong sampaikan ke
Garda Besok ikut kami ke Jepang. Ada undangan ke jepang selain wisata ada Gala
Dinner kebetulan ada undangan kami sekeluarga ke sana. Kak Khansa masih di
pesantren jadi kami memutuskan tiket kak khansa biar diganti garda …..bla…bla..bla”. Jujur aku bergetar
speechless, secepat itulah Allah menjawab doaku . Ku berlari ke kamar Kak
Garda. “kaaaaaak…..besok kamu mau diajak ke Jepang”. Jagoanku itu terkaget tak percaya.
Persiapan ke jepang Garda jalani dari
mengurus beberapa dokumen dan beberapa hal. Beberapa perlengkapan tour ke jepang
pun sudah kami terima lewat Paket. Tapi
Takdir berkata lain Pandemi melanda dunia. Beberapa perjalanan ke luar negeri
tercancel,,,,,,dan tepat seminggu sebelum tanggal keberangkatan berita “cancel”
kami terima.
“Kakak suatu saat kau pasti akan ke Jepang, di waktu dan
kesempatan yang Allah pilihkan terbaik untukmu. Ridlo dan tetap berprasangka
baik”. Jagoanku menatapku, ia harus belajar satu pelajaran penting . “Ridlo dan
berprasangka baik pada Allah. Sesuatu yang diambil darimu pasti akan digantikan
Allah dengan sesuatu yang lebih baik.”
Café
Ganjuran…
Pertemuan
koperasi Target… Bicara target adalah
bicara tentang kumpulan dari alumni
aktivis pramuka saat mereka masih di bangku SMA. Karena bagi kami interaksi kami tak sekedar
aktivitas ada ikatan hati yang sulit untuk dilukiskan. Maka spontan oleh
anak-anak target kami didaulat menjadi “Mbok tuwo” untuk panggilan kesayangan
buat Bu hemi sahabat sekaligus kakak hebatku. Dan “Mbok enom” untuk diriku. Pun
saat mereka telah lulus, telah berkeluarga
ikatan silahturahmi ini masih kuat semoga selamanya.
Senja itu di café ganjuran….
Bertemu Kun yang kebetulan sebagai
perantau di Jepang dan kembali ke yogya untuk melangsungkan pernikahan. Memoryku
tetiba teringat waktu dia SMA sepulang homevisit di tempat Hasan bersama
teman-teman yang lainnya di daerah panggang. Teringat ia berboncengan dengan Nindi dan kecelakaan, betapa cemasnya diriku saat itu. Apalagi mengingat kita pulang saat waktu telah beranjak malam bersama guyuran hujan deras. Beberapa
kali kupastikan ia baik-baik saja saat
luka-luka lecetnya terguyur hujan.
Namun
sekarang laki-laki yang menahan sakit lecet dalam guyuran hujan itu kujumpai di depanku telah menjadi lelaki dewasa hebat yang
baru saja menggenapkan setengah diennya.
Usai mendengar ceritanya tentang
jepang..
“Pokoknya kalo Bunda ke jepang nanti aku jadi
guide deh” tawarnya..
“ Yah kalo bunda sulit harus urus ijin ini dan
itu, mungkin anak-anak bunda tapi mereka juga belum pernah ke luar negeri “
“Nanti
aku yang nganter bund “ lontar andri.
Yaps
Andri…..”Twity” panggilan kesayanganku. Ketika aku memotret masa membersamainya
di bangku abu-abu putih. Saat kegiatan kepramukaan ketika para siswa akan ada
kegiatan keluar, kami menyewa bus kecil. Mereka duduk berhimpitan masih juga
membawa perlengkapan. Teringat bagaimana andri duduk di barisan belakang
memangku tas besar. Saat melongok kepalanya tetiba aku tertawa….Andri kayak
twity tokoh kartun burung dengan kepala besar. Semenjak itu aku memanggilnya
“Twity”. Ya… twityku sudah besar aktivis pramuka membawanya terus melangkah
menapaki satu tangga demi satu tangga kesuksesan.
Kala
itu Kami tertawa dan bercerita tentang mimpi….. Bagiku mimpi adalah awal kenyataan. Sepulang dari
pertemuan di café ganjuran “ mengeja kata J..E…P…A…N…G. Sepertinya ada benang
merah, mungkin saat inilah takdir Allah tentangnya. Sesampai di rumah menelpon
twity sekedar mensugesti agar setiap mimpi menjadi nyata.
Hari-hari berikutnya,……
mungkin
karena twity sudah terbiasa melakukan semuanya terplanning tetiba dia menyodorkan
beberapa pilihan, mencoba membuat travel
intinerary. Jujur ini di atas ekspetasiku yang bisanya dolan tanpa rencana dan
aku belajar darinya tentang hal ini.
Di sisi lain aku berharap
sultan putra bu hemi bisa gabung, maklum dari kecil dulu saat kami
berkegiatan kami selalu membawa krucil kami bertiga. Minimal kali ini
perjalanan berdua karena mountain anak keduaku sedang menuntut ilmu di gontor
untuk mendapat ijin tentulah tidak gampang.
Masih
teringat ketika Andri kemudian menelpon “Bund
pastikan Sultan ikut tidak bund. Kita harus booking segera tiket pesawat
jauh-jauh hari biar dapat harga murah.”
Aku
segera menghampiri bu hemi….
“Ayolah mbak sultan ikut. Ini sudah ditelpon
Andri buat booking pesawat.” Rengekku. Bu hemi itu sahabat tapi lebih seperti seorang
kakak bagiku. Sering direpotkan oleh diriku, sering nggak habis pikir karena
polah tingkahku.Pokoknya bu hemi itu patner terbaik untukku…..
“Ya….okeylah
aku ikutan “Gila” kayak kamu “ akhirnya ia menyerah yang membuat aku tersenyum
sumringah
Ops…”Gila”….ehm
tapi nggak papa yang penting mas Sultan ikut. Aku tentunya lebih senang dan
tenang hehehe…..Jika emak-emaknya belum berkesempatan dolan ke luar negeri
minimal anak-anak-anaknya dulu…minimal survey.
Komentar
Posting Komentar